Menjadi calon guru dan guru pada kelas berperilaku baik sangatlah menyenangkan karena guru dan peserta didik berbagi pengalaman dan ilmu bermanfaat pahalanya sampai akhirat. Namun, mengajar pada kelas dengan perilaku tidak diharapkan (buruk) menyulitkan guru, sehingga guru menghadapinya dengan gaya otoriter atau gaya pembiaran. Banyak guru terkena kasus pidana karena kekerasan atau setidaknya hilang gairah mengajar gara-gara berhadapan dengan perilaku buruk peserta didik setiap hari.
Peristiwa itu terjadi karena banyak aspek, salah satunya jamak kita menjadi guru dengan pengetahuan teoretis dan praktis yang terbait terkait dengan manajemen perilaku. Memang hal ini tidak mutlak salah guru karena bahkan mereka yang kuliah pada fakultas keguruan dengan program studi bidang mata pelajaran tertentu lalu mengambil studi lanjutan konsentrasi S-2/S-3 Manajemen Pendidikan, belum mendapati kajian khusus: Manajemen Perilaku dalam Kelas.
Buku ini menjadi satu upaya membantu guru menjadi manajer perilaku dalam kelas pembelajaran. Apalagi kini dengan sistem demokrasi butuh toleransi, menghargai perbedaan, tanggung jawab, informasi positif, dan kualitas sifat baik lainnya. Madrasah dan sekolah perlu menjadi bagian dari demokratisasi pendidikan positif. Namun, bakal apa yang terjadi kalau di madrasah/sekolah/kelas masih berkembang gaya otoriter, diskriminasi, sarkas, bullying, perundungan, kekerasan, dan bahkan pelecehan seksualitas?
Maka, buku ini ditujukan kepada guru magang, guru, dosen, instruktur, widyaiswara, konselor, administrator, psikolog sekolah, pengamat pendidikan, organisator pendidikan, dan mahasiswa calon guru yang akan atau sedang mengikuti praktik mengajar, PPL, orang tua, dan secara umum bagi siapa pun yang menaruh perhatian terkait manajemen perilaku kelas pendidikan dan pembelajaran.

Bibliografi halaman 56-57.